H. Ahmad Havid MH |
Beliau memberikan teladan kepada kita bagaimana seharusnya seorang hamba mengabdi kepada Rabb-Nya, dan seperti apa seharusnya pengorbanan itu kita lakukan agar kemudian Allah meridhoi dan memberikan rahmat kepada kita.
Baca Juga :
Biografi KH. Hasyim Asy’ari Muassis Nahdlatul Ulama'
Ketulusan pengorbanan Nabi ibrahim dalam menghamba ternyata menjadi inspirasi bagi kita semua. Anak tercintanya, Nabi Ismail yang diharap kelahirannnya berpuluh puluh tahun dan ketika Allah kabulkan ia dilahirkan hjngha beranjak dewasa, diminta oleh Allah untuk dikurbankan. Demi ridhoNya, Nabi Ismail pun dikurbankan. Sebab ia tahu, bahwa anak dan keluarga adalah bagian dari ladang ibadah menuju ridhonya. Dan ternyata, Nabi Ismail pun tidak kalah hebat dari ayahnya dalam membuktikan pengorbanannya kepada Allah. Sungguh keluarga yang luar biasa.
NU pun juga demikian, ia adalah ladang yang memang sengaja dibuat oleh para Ulama' untuk kita sebagai wadah perjuangan serta ibadah menuju ridha Allah. Maka sangat disayangkan sekali jika kemudian ladang ini dibiarkan padahal keberkahan sangat besar sedang menunggu didalamnya.
Baca Juga :
Biografi Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah Muassis Nahdlatul Ulama'
Sangatlah benar jika kemudian Al-Mukarram Kyai As'ad Syamsul Arifin Sukorejo mengatakan " NU kabini cong". Ungkapan ini begitu dalam yang isinya meminta kepada kita untuk berjuang didalam organisasi ini. Berjuang yang dimaksud tentunya identik dengan mengorbankan diri melebur didalam NU. Mengorbankan jiwa, raga, harta maupun waktu.
Disinilah kemudian Allah menguji kita sebagaimana Allah menguji Nabi Ibrahim. Siapkah kita berkorban di organisasi tapaan para Ulama' ini? Yang telah berkhidmah hingga saat ini, benarkah kita telah berkorban di organisasi ini?
Mari kita niat berjamaah, bismillah berjuang di NU untuk melebarkan sayap perjuangan para Muassis. Bukan mencari pangkat atau keuntungan duniawi.
Asembagus, 30 Juli 2020
Ba'da dhuhur, 12.07 WIB
Penulis : H. Ahmad Havid, MH
(Ketua Tanfidiyah MWC NU Asembagus terpilih)